Antara tahun 1916 hingga 1942, Semarang dipimpin oleh tiga orang walikota: D. de Jongh (1916-1927), A. Bagchus (1928-1935) dan H.E. Boissevain (1936-1942 ).
Sebelas tahun setelah walikota Semarang yang pertama ditunjuk, Karsten diberi tugas untuk merancang rumah dinas sang walikota. Untuk menunjukkan status penghuni rumah, rumah dinas ditempatkan di lokasi yang sangat menonjol: di ujung tinggi taman terbuka berbentuk oval yang besar di Candi Baru, wilayah pemukiman eksklusif Semarang ‒ ini merupakan perluasan rancangan Karsten sekitar sepuluh tahun sebelumnya.
Untuk menghormati walikota pertama Semarang yang sangat perduli pada warganya, nama taman diubah dari Raadhuisplein menjadi Burgemeester De Jonghplein. Kini, taman ini dinamai Pangeran Diponegoro: seorang pangeran Jawa yang gigih melawan Belanda pada awal abad ke-19.
Mengingat rumah ini merupakan tempat tinggal walikota salah satu kota pelabuhan terbesar Hindia -Belanda, ternyata dimensi dan desainnya tidak terlalu luar biasa. Satu-satunya keistimewaan yang membuat rumah itu menonjol adalah tingginya. Desain yang dua lantai, bukan satu lantai, membuat kediaman walikota lebih tinggi dibandingkan kebanyakan rumah di daerah itu.
Untuk mengekspresikan status penghuninya, Karsten menambahkan serambi besar di atas pintu masuk utama di fasad depan. Serambi ini memiliki tujuan ganda: sebagai perlindungan dari sinar matahari dan hujan kala menaikturunkan penumpang dari mobil, juga sebagai sarana balkon seremonial sehingga walikota bisa memandang kota dan menyapa warganya – keduanya merupakan tradisi Eropa.
Kini rumah dinas rancangan Karsten ini merupakan rumah dinas Panglima Komando Daerah Militer (KODAM) IV Diponegoro. Ini tentu saja baik – karena berarti bangunan masih dirawat – namun sisi buruknya adalah khalayak tidak diperkenankan mengambil gambar, apalagi memasuki rumah dan lingkungannya. Untuk mengetahui bagian belakangnya, alternatif terbaik yang bisa ditawarkan adalah foto-foto kuno pada saat rumah ini selesai dibangun.
Untuk menuju obyek kesebelas, rumah Thio Thiam Tjong (LATLON: -7.008220, 110.419091), kami sarankan Anda menghindari jalan raya. Panduan berikut didominasi jalan yang menurun dan sangat tepat untuk berjalan kaki maupun menggunakan transportasi umum.
Perjalanan ini akan membawa Anda pada rancangan Karsten yang paling menarik untuk kawasan Candi Baru yang didesainnya antara 1916 dan 1919. Di pertengahan perjalanan, kita akan berhenti di bekas Taman Dr Tillema dan Taman Dr De Vogelplein, atau kini Taman Sudirman dan Taman Gajahmungkur. Di lokasi yang ikonik rancangan Karsten ini, akan kami sajikan lebih banyak detail. Jika Anda memilih untuk melewatinya, berlanjutlah sampai Anda mencapai rumah Thio Thiam Tjong.
BERJALAN KAKI (diperkirakan 30 menit) / TRANSPORTASI SWASTA (diperkirakan 10 menit)
- Perjalanan Anda dimulai dari Taman Diponegoro.
- Dari sana beloklah ke kanan ke Jalan S. Parman.
- Dari Jalan S. Parman, ambillah belokan pertama ke kiri yang akan membawa Anda ke Jalan Raung.
- Saat Anda menemui pertigaan, beloklah ke kiri ke jalan yang masih bernama Jalan Raung.
- Ikuti jalan yang berkelok-kelok ini: berhenti beberapa menit begitu Anda sampai di persimpangan Jalan Merapi di sisi kanan dan Jalan Cikuray di sisi kiri.
- Kini Anda sampai pada lokasi yang dirancang oleh Karsten sebagai salah satu dari beberapa ruang terbuka di bilangan kota ini: kolam Teratai.
- Dari titik ini berjalanlah lurus menuju Jalan Slamet.
- Telusurilah Jalan Slamet hingga Anda mencapai Taman Sudirman di sisi kanan Anda.
- Bagian utara Taman Sudirman adalah ruang terbuka ketiga yang dirancang Karsten: taman yang dahulu bernama Dr Tillemaplein, dengan Dr De Vogelplein di sisi barat.
- Di sebelah kiri Anda adalah Taman Gajahmungkur, makam militer Belanda Ereveld Candi.
- Lanjutkan perjalanan di Jalan Slamet hingga Anda mencapai penghujung jalan. Dari sana beloklah ke kiri ke Jalan Gajahmungkur Selatan.
- Teruslah berjalan sepanjang Jalan Gajahmungkur Selatan hingga Anda mencapai Jalan Gajahmungkur di sisi kanan Anda.
- Berjalanlah menyusuri Jalan Gajahmungkur.
- Pada saat belok ke Jalan Gajahmungkur, Anda mungkin tidak jauh dari lokasi tempat Karsten memvisualisasikan dalam sketsanya pemandangan Dr De Vogelplein.
- Obyek berikut dalam tur ini, yaitu rumah Thio Thiam Tjong (LATLON: -7.008220, 110.419091), adalah bangunan pertama di sebelah kiri jalan.
TRANSPORTASI UMUM (diperkirakan 20 menit)
- Naiklah ke TransSemarang koridor 2 dari halte Taman Diponegoro yang terdapat di dekat taman.
- Turunlah di halte Gajahmungkur yang terletak di Jalan S. Parman.
- Berjalanlah menyusuri Jalan S. Parman hingga Anda mencapai Jalan Gajahmungkur.
- Beloklah ke kiri menuju Jalan Gajahmungkur.
- Rumah Thio Thiam Tjong berada kurang dari 300 meter di sebelah kanan Anda.